Hari ini, aku duduk di
tempat pertama kali kita bertemu. Tempat yg seharusnya menjadi kenangan kita
berdua. Kedai kopi yg terdiri dari satu meja, dengan duduk sembari lesehan. Aku
suka pemandangan disini. Tapi, bagian yang paling penting adalah ketika pada akhirnya aku bisa
merasakan sorot matamu.
Setelah beberapa bulan
menjalin hubungan denganmu, suka duka telah aku lewati bersamamu. Kamu begitu
manis dan mengejutkan, dua hal itu memang tak cukup dijadikan alasan akan
hadirnya cinta. Aku yang percaya akan cinta, dan sebaliknya dengan kamu yang
tak percaya akan hadirnya cinta. Aku sangat nyaman dengan keberadaanmu di hari-hariku.
Kukira aku sudah menjadi sosok spesial bagimu, tapi ternyata perkiraanku pun
bisa salah. Aku belum sepenuhnya menjadi pemilik hatimu. Aku tak tahu, apakah
aku yang akan kau jadikan tujuan.
Kalau boleh jujur, aku
sungguh menikmati kebersamaan kita. Kebersamaan yang terjalin dari makhluk yang
bisa membuat bodoh dan pintar dalam waktu yang bersamaan-handphone. Aku hanya ingin memperjuangkanmu, dan kita
berjuang bersama-sama. Aku tak ingin tahu rasanya terlelap sebelum membaca
pesan singkat dari kamu. Percuma bilang sayang, semua akan terasa kosong jika
tak benar-benar dikatakan tanpa bertatapan mata.
Dan
semua ini, biarlah berjalan apa adanya. Biarlah berjalan tanpa aku bisa
merasakan cinta darimu. Biarlah berjalan sampai aku tahu seberapa besar
kesetiaanmu.. :’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar