Ini tulisan tentangmu yg entah keberapa. Tulisan ini tentu saja jarang kau baca, kau lihat, apalagi kau pahami. Aku yg selalu menyuruhmu untuk membaca tulisan-tulisanku ini. Hari ini, aku menghela nafas, tidak disangka sudah tujuh minggu sejak kamu memilih untuk berpisah. Ku kira waktu yg kubutuhkan untuk melupakanmu juga tak sepanjang ini. Disini, ada seseorang yang setia menulis tentangmu setiap minggu, meskipun setiap mengingatmu hatinya teriris.
Kali ini, aku ingin bercerita tentang seorang wanita yg sedang sangat sibuk untuk melakukan banyak hal. Berusaha mencari kesibukan baru agar dia tak lagi punya celah untuk mengingatmu. Wanita ini masih teringat tentang kamu, tentang hubungannya bersamamu, dan masih terlalu takut untuk buru-buru membuka hatinya. Wanita ini pernah kau buat tawa dalam setiap canda, dalam setiap pesan singkat, dalam setiap sambungan telepon, dan dalam setiap tatap mata.
Tujuh minggu harusnya waktu yang sangat cukup untuk menghilangkan perasaan, namun ternyata wanita ini tidak termasuk dalam pernyataan itu. Tubuhnya dingin dan menggigil saat menghadapi perpisahan. Dia tak punya banyak pelukan hangat, sehangat rangkulanmu yg melingkar manis dibahunya. Tapi akhirnya kau membuat dia terluka. Ini masih menjadi awal cerita, sekarang dia sudah jadi wanita yg berbeda. Tujuh minggu setelah kepergian kamu, dia berusaha untuk melepaskan kamu dari hati dan ingatannya. Dia mencari teman curhat, mencari orang-orang yg senasib dengannya, dan berkenalan dengan sosok-sosok baru. Hingga pada akhirnya dia tahu, kalau kamu masih menggenggam hatinya.
Setelah kepergianmu, kamu tak pernah lagi pulang. Kita berpisah tanpa kata pisah. Rasanya ingin wanita ini katakan berkali-kali bahwa bukan ini yg dia mau, bahwa bukan kepergianmu yg selama ini dia tunggu. Sekali lagi wanita ini katakan, melupakan tak akan pernah mudah. Dia menulis ini saat dia terlalu lelah dihajar kenangan. Mengapa diotaknya kau tak pernah hilang barang sedetik saja.
Cahaya Penunjukku. Waktu menulis ini, wanita yg kuceritakan tadi sudah tak lagi bisa menulis banyak tentangmu. Tepat tujuh minggu setelah kepergian kamu, ternyata dia sadar bahwa ada yg perlu diperjuangkan, selain rasa rindunya terhadapmu. Dengan bekas lukanya yg belum benar-benar sembuh. Dia masih berusaha terus melupakanmu, dia berusaha melangkah dengan kekuatan sendiri. Kamu tak tahu Sayang, dia begitu kuat, lebih kuat daripada yg kau bayangkan. Memang, dia belum seratus persen melupakanmu, tapi dia percaya waktu itu akan datang, saat dia bebas menertawakan lukanya.
Wanita ini benci harus mengakui ini. Dia sering merindukanmu dan memendam perasaannya. Dia ingin mengaku (dengan sangat terpaksa) bahwa dia masih mencintaimu dan berharap kamu kembali.
Kamu ingin kembali ? Iya ? Masa?
Kamu ingin kembali ? Tidak ? Oke.
Oke, sudah hampir tujuh paragraf. Wanita ini cuma mau bilang padamu dia belum bisa melupakanmu, walau dia tahu, kamu yg dulu tidak akan pernah kembali.
oh iya, kamu mau tau ya, siapa wanita itu? Baiklah, aku menyerah. Wanita itu adalah........