Sabtu, 11 Oktober 2014

Belajar Melepaskan


Beberapa hari ini, kamu sangat berbeda. Kamu yang sekarang, tidak seperti kamu yang kemarin. Kamu tahu, betapa sakitnya ketika mendengar doamu untukku yang menyuruhku untuk menyerah saja. Hari ini, malam ini, dan disini aku bisa menatapmu yang duduk di depanku sambil sibuk memperhatikan layar laptop. Kamu yang terlalu sibuk, sehingga tidak menyadari bahwa aku memperhatikanmu. 

Belajar melepaskan itu tidaklah mudah. Mungkin mudah saja bagimu, karena kamu sudah tidak punya rasa yang sama seperti dahulu waktu aku menjadi kekasihmu. Aku disini yang terluka, yang terlalu kuat untuk bertahan, yang masih saja bodoh untuk mencintaimu, sehingga aku menghiraukan orang yang bahkan menyayangiku lebih dari aku menyayangimu. Ya, aku memang belum bisa membuka hati ini untuk orang lain, tapi ketahuilah aku sangat ingin melupakanmu dan menginginkan perasaan ini mati untukmu. 

Kamu yang tidak pernah melihat perjuanganku, dan memandangku sebelah mata, apakah kamu tahu Tuan, bahwa aku menyayangimu dengan tulus. Tapi sepertinya kau tidak menginginkan kehadiranku dihidupmu. Bahkan aku setiap hari mencoba melawan perasaan ini, agar aku tidak memikirkanmu. Namun, semakin aku aku berlari menjauh, semakin sosokmu terasa dekat dan nyata. 

Kamu tahu Tuan, walaupun aku sering membuatmu marah dan mengganggumu, apakah kau tidak ingat selama ini bagaimana perjuanganku untukmu dan bagaimana aku bertahan untukmu. Tapi untuk kali ini, aku menyerah, meskipun aku tidak ingin, tapi kau yang memintaku untuk menyerah. Baiklah Tuan, aku akan melepaskanmu, dan sementara menghilang dari radarmu.




Aku disini....dengan luka ini....belajar untuk melepaskanmu....

Kamis, 14 Agustus 2014

4 Hari Ini

Ketika empat hari terhitung sampai hari ini dan aku tidak bertemu denganmu, aku menyimpan rinduku dalam-dalam dan menunggu kamu menghubungi lebih dulu. Nyatanya, kamu tak sepeka itu, kamu entah sibuk dengan apa dan siapa, hingga begitu mudah menggeser aku daru hari-harimu. Aku tahu, aku bukan siapa-siapa, mungkin aku hanya temanmu, mantanmu, sahabatmu, kawan berceritamu.

Dan, jika memang betul kau tak menganggapku serius, bisakah kau berhenti untuk bersikap manis terhadapku? Bisakah kamu tak lagi datang dan pergi seperti ini sehingga menambah luka baru dalam dadaku?

Empat hari ketika aku tak bersamamu, diam-diam aku menyimpan air mata yang tak kau ketahui. Dengan alasan kau sedang sibuk dengan kesibukanmu, kau tidak enak dengan temanmu yang menginap untuk beberapa hari di kos-kosan kamu. Aku menerima kekalahanku yang pasti tidak akan terlihat penting dimatamu. Seperti biasa, aku berlanjut menunggumu, hingga aku lupa rasanya bosan. Karena semua luka dan perih seketika terhapus ketika kau sapa aku dengan secuil "kata-kata manis".

Empat hari selama kamu tak bertemu dengan ku, aku menyimpan rindu yang tak kau pahami. Entah mengapa, kau begitu mudah mengabaikanku, sementara aku sangat sulit untuk tidak peduli padamu. Tetap kukirimkan kabar meskipun kutahu tak semua kabar itu akan berujung balas darimu.

Empat hari ini kamu adalah sosok yang membuatku sering kali meluapkan emosi yang gak jelas asal-usul perkaranya. Aku, wanita yang tolol ini...masih saja terjebak oleh perasaan yang sama sekali tidak terbalaskan.

Selasa, 20 Mei 2014

Kebodohanku

Hai ,Tuan yang selalu datang dan pergi sesuka hati. Tahukah kamu betapa terlukanya aku ketika kamu menganggap perasaan ku hanya lelucon dimatamu. Tahukah kamu kalau kamu menambahkan luka yg baru untukku. Ya, aku memang begitu bodoh, masih saja mencintaimu..

Tahukah kamu kalau aku sama sekali tidak peduli terhadap cemooh orang terhadapmu. Karena apa, karena aku menyayangimu. Ketika mereka mencemooh tentang kamu, aku hanya menjawab dengan senyuman sambil berkata "biarkan aku yang menjalani semuanya". Aku yang tahu apa yg terjadi saat ini. Dan ketika ku jawab seperti itu, mereka hanya menggenggam bahuku seakan melihat seorang gadis yg bernasib paling buruk sedunia. Aku sungguh tidak merasakan keburukan itu, aku merasakan kebahagiaan yg tak bisa kujelaskan ketika bersamamu, kebahagiaan yg tak akan mereka pahami.

Tapi semakin kesini, aku semakin tahu apa yg kau rasakan ketika bersamaku. Ketika aku bilang kalau aku masih menyayangimu dan kau menjawabnya itu hanya lelucon. Tahukah kamu Tuan, kalau aku susah payah dan memberanikan diri untuk bilang sayang kepadamu. Aaaaahh mengapa aku begitu bodoh, yaa aku masih saja betah menikmati kebodohan ini.


Dari penganggumu yang egois nomor satu
bodoh nomor satu
karena dia hanya tahu; mencintai kamu..



Selasa, 01 April 2014

Aku Ingin Mencintai dan Melupakanmu dengan Sederhana

aku ingin mencintaimu dengan sederhana seperti embun hinggap,
di tepian daun dan tanah yang sabar menyambutnya jatuh

tapi aku ingin melupakanmu.....

aku ingin mencintaimu dengan sederhana, seperti mata yang berkedip
menyambut pagi, dan daun jendela yang mengintip matahari

tapi aku ingin melupakanmu....

aku ingin mencintaimu dengan sederhana, seperti gerimis pada jendela dan
uap nafasmu menulis nama 'kita'

tapi aku ingin melupakanmu.....

aku ingin mencintaimu dengan sederhana.
seperti waktu yang tak pernah berhenti dan senyummu yang mengabadikannya

tapi aku ingin melupakanmu....

aku ingin mencintaimu dengan sederhana.
seperti sebuah peluk yang sebentar dan satu kecup yang perlahan saja

tapi aku ingin melupakanmu....

aku ingin mencintaimu dengan sederhana.
seperti kata 'rindu' yang kuucap dan kau membalasnya dengan kata 'aku juga'

tapi aku ingin melupakanmu....

aku ingin melupakanmu dengan sederhana.
sesederhana air mata yang mengalir.
sesederhana genggam tangan yang terlepas.

tapi aku ingin mencintaimu....

Minggu, 30 Maret 2014

Tahukah Kamu

Hari ini, kamu lagi-lagi membuatku kecewa. Sebenarnya, memang aku yang salah, aku yang masih sering mengganggu mu, aku yang masih sering menemuimu, tapi entah mengapa hari ini aku merasa begitu bodoh. Hampir 8 bulan sudah, kau meninggalkanku, tapi aku masih sulit melupakanmu. Mulai hari ini juga, aku ingin perasaan ini mati untukmu, aku tidak ingin mencintaimu lagi, aku ingin membencimu. Aku sadar, bukan akulah rumah untuk kau pulang dan kembali.
Aku tau ini sulit, perlahan tapi pasti aku akan menjauh dari bayang-bayangmu. Aku tidak ingin menyakiti hatiku, aku ingin luka ini sembuh, aku ingin perasaan ini hilang seketika, seperti kamu yg gampang begitu saja menghilangkan perasaanmu untukku. Aku sadar, bahwa aku tidak pernah kamu anggap spesial. Tapi aku ingin kau juga bahagia, begitu juga aku. Aku tidak ingin menangis lagi karenamu.
 
Pepatah lama mengatakan jika pintu yang satu ditutup, pintu yang lain akan dibukakan. Karena ada saat ketika pintu yang aku inginkan telah tertutup, tetapi pintu yang lain tidak kunjung dibukakan. Meski aku telah menghabiskan seluruh waktuku untuk menunggu pintu itu. Meski aku telah mengerahkan seluruh tenagaku untuk mencari pintu itu.

The big guy up there wants us to travel around the world, see new things, explore new area, meet new people, and create new story.

Menurutku, luka adalah sebuah lingkaran. Luka yang tidak bermula dan tidak berakhir. Seperti cincin yang terbuat dari batang  bunga mawar. Luka yang tidak mengenal waktu. Luka yang tidak bisa disembukan. Luka yang menolak segala usaha perbaikan. Luka yang tidak mengenal kata berpisah. Luka-luka yang menunggu inangnya menyerah. Hati yang rusak karena si pemilik hati terlalu naif dan berharap.

Bukankah sebelum kita bertemu, aku baik-baik saja tanpa kau dan kau juga baik-baik saja tanpa aku?
Bukankah sebelum kita bertemu, semuanya bergerak seperti biasa dan apa adanya?
Lalu jika yang mereka sebut cinta itu malah mengubah kosmos menjadi chaos, untuk apa ia ada?
Mengapa cinta membuatku mencintaimu???

Jumat, 28 Februari 2014

Seandainya Waktu Bisa Terulang Kembali

Ditengah malam yang dingin, kertas tugas" yang berserakan yang tak kunjung usai, aku masih saja memikirkanmu. Mataku yang berkunang-kunang, jentikan jemariku di laptop tak memberi pertolongan apapun. Aku ingin sekali melihatmu, aku sangat menginginkan pertemuan kita. Tubuhmu yang sudah berubah agak gemukan, aroma tubuhmu yang masih sangat aku kenali, membawa kesan lain dalam hari-hariku.

Hal-hal yang terjadi di masa lalu hanya bisa dikembalikan oleh mesin waktu, yang artinya aku tak bisa mengembalikan kamu yang dulu. Kamu ingin tahu kabarku? Aku masih merindukanmu.

Sampai saat ini aku masih merindukanmu, dan rasa itu hanya bisa terobati dengan melihat isi wall facebook mu dan terkadang sepulang kuliah, aku sengaja menyempatkan untuk lewat kos-kosan kamu, dan berharap melihat kamu dari kejauhan. Kamu, entah dengan kekuatan apa, mampu membuatku terluka parah seperti ini.

Rasanya waktu berjalan begitu cepat. Andai waktu bisa terulang kembali, andai aku mempunyai mesin waktu, aku tak akan membiarkanmu pergi. Entah mengapa aku setolol ini, masih saja mencintai kamu. Aku masih tak punya daya untuk melupakanmu. Kamu masih mampir di otakku, dalam bentuk dan rupa. Aku jatuh cinta dan kamu tak pernah tahu seberapa dalam perasaanku. Aku tak bisa melupakan tatapan matamu.

Aku ingin tahu cara melupakanmu dan meniadakan bayanganmu. Tak banyak yang tahu bahwa aku sangat mencintaimu, tak banyak yang tahu bahwa air mataku masih terjatuh untukmu.

Andai waktu bisa diulang kembali, andai aku dan kamu masih baik-baik saja. Aku ingin mengubah sikap-sikap burukku, yang mungkin menyebabkan kamu pergi. Andai waktu bisa diulang kembali, aku ingin.... kamu kembali.


Dari pemujamu yang tak tahu diri...



Sabtu, 22 Februari 2014

Writing Pen

Aku hanya ingin membuat beberapa sajak untukmu....

Saat hujan turun dimata-ku; aku segera menggali kenangan,
berharap menemukan cara menyeka air mata pada ingatan~

Melupakan itu seperti ingatan yang dipaksa tersesat.
Seperti mengirim surat tanpa alamat ~

Sajakku: tempat di mana tapak kaki kau tinggalkan;
yang mengabadikanmu dalam tulisan~

Dekat di mata jauh di hati,
cinta yang hanya tumbuh disatu sisi membuat rinduku kian menepi~

Di langit pagi aku kerap melihat kita yang sedang bertukar peluk,
yang perlahan hilang; dihapus hujan~

Merindukanmu terasa begitu menyakitkan,
dan tak ada penawar yang dapat meredamnya selain pertemuan~

Setelah perpisahan, sajakku kebingungan; ia tak hentinya menulis nada kesedihan, seakan lupa cara merangkai bait kebahagiaan~

Perpisahan kita pada akhirnya seperti hujan, jatuh adalah awal kita merindukan pelangi,
dengan sendiri-sendiri~

Sejak mengenalmu sampai detik ini berlalu,
kaulah yang selalu menjadi peran utama dalam setiap tulisanku~


For someone who never missed....